Awalnya ia tak begitu memikirkan atas aktivitasnya yang ke depannya akan mendapat dampak yang cukup berarti. ia masih saja terus dan terus melanjutkan kebiasaan buruknya. Parahnya lagi jika sehari saja kebutuhan itu tidak dipenuhinya,yang terjadi ia akan bad mood luar biasa,dan tidak ingin melakukan apapun. Sehingga itu menjadi candu baginya. hingga bertahun-tahun ia bertahan dengan kondisi yang seperti itu. Serta dibarengi dengan tuntutan karya yang harus optimal. Ia menjalani kedua hal yang kontradiksi itu secara bersamaan. Meskipun dalam akalnya ia menginginkan untuk menghentikan aktivitas buruk itu. Namun , yang ada terjadi pemberontakan dalam hatinya yang masih liar. Ia benar-benar menjadi seperti pecandu narkoba berat, dan akan sakaw jika tak dapat memenuhinya. Keadaannya begitu tersiksa kala itu. Ia tak mampu berbuat apa-apa untuk dapat menghentikannya. Apalagi ia diciptakan sebagai seorang hawa yang mempunya i perasaan yang begitu tinggi. Ia tak mampu melawannya. Ia hanya mencoba menjalaninya saja. Hingga akhirnya datang suatu waktu yang membuatnya merasa butuh untuk segera menghilangkan kebiasaan buruknya. Bagaimanapun caranya, se perih apapun rasanya, sesakit apapun deritanya. Akan ia lakukan demi dan demi perbaikan atas dirinya. Begitu menggebu keinginannya itu, ia akan siap bertarung dengan dirinya sendiri. Melawan dirinya sendiri, menyakiti dirinya sendiri. berat sekali rasanya untuk memulai menghilangkannya, pelan dan perlahan disertai dengan perlawanan keras dari hatinya, hingga air matapun tak terhitung lagi yang jatuh menetes sia-sia sebagai pengorbanan atas kesenangannya. Keraguan kembali memberatkan langkahnya, memang benar berperang dengan diri sendiri lebih sulit,begitu batinnya saat itu. namun, ia tak menyerah begitu saja meski ia butuh waktu yang lama untuk menghilanhkan kebiasaan itu. Ia bangkit lagi dan mencoba untuk menghilangkannya. Mencoba dan mencoba lagi. Hingga kesenangan itu lelah berperang dengannya. Hingga kesenangan itu kalah dengannya. Dan pada akhirnya memang harus ada salah satu yang mengalah. Daya rasionalitasnya melawan perasaan subyektifnya. Berbanggalah ia, karena akhirnya ia bisa sukses menghilangkannya meski masih tersisa bekas-bekas kesenangan itu di memorinya. namun ia berusaha untuk tidak mengindahkannya, ia mencari peralihan ke hal yang positif dan berusaha menyibukkan diri. Kuberikan ucapan syukur atas kemajuan kualitas kepribadiannya untuk menjadi hawa yang tangguh dan tegar dalam menghadapi tantangan. Dan hendak kuuji kekonsistenannya untuk selalu berada di jalan yang benar. Meski tak terlepas dari manusia yang mudah khilaf. Setidaknya ia sudah berusaha keras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar